Petals

Kelopak-kelopak bunga itu tidak bersalah. Namun satu persatu ku lepaskan dari lingkarannya yang menyambungkan tangkai dengan putik dan benang sari. Mereka indah dan... tidak bersalah tentunya. Aku menunggumu, memanggilku dan tersenyum padaku, l a g i. Seolah setiap tangkai bunga ini mengetahui kehadiranmu. Datang... Tidak... Datang... Tidak...

Aku bahkan tak seindah dirinya, yang mungkin menurutmu sempurna. Aku tidak sepintar dirinya, yang berhasil memenangkan hatimu. Namun satu hal aku yakin dan aku melebihi dia, bahwa aku selalu dan akan menunggumu datang padaku meski hanya sebatas teman. 

Pernah kamu datang dengan senyuman indah, membawa gulungan buket mawar berwarna merah segar. Katamu berjumlah 7. Tepat seperti tanggal hari itu. Kamu datang hanya untuk meminta saran padaku. Apakah dia akan suka mawar ini? Apakah kamu sudah wangi? Apakah rambutmu sudah keren seperti biasanya? Kamu menjadi lebih insecure hari itu. Namun akulah yang paling insecure saat itu. Ketakutan yang selalu menghantuiku mungkin akan segera terjadi. Kamu pergi dengan mawar-mawar itu dan datang padanya meninggalkanku termenung dengan embun yang segera mengalir menuju pipiku yang terasa panas meradang.

Saat itu hancurku dimulai. Perasaan bergejolak tak bisa memilikimu dan ditinggalkan olehmu. Aku menolak untuk tetap mencintaimu. Lagi. Aku hanya mampu menunggumu. Jawabannya tetap sama, aku tidak bisa.

Lalu suatu ketika kamu datang dengan wajah sesak, memelukku dengan erat. Kalian berakhir tepat setahun.. Aku selalu tahu, dia tidak akan bisa bertahan sepertiku.

"Bisakah kamu lihat aku sekali?" Kataku. Lalu dia menoleh, matanya nanar, tak malu untuk mengeluarkan air mata demi perempuan yang bahkan tak lagi memikirkanmu. "Aku ada disini. Aku harap aku dia yang bisa membuatmu berhenti menangis." Aku tersenyum yang tidak menggambarkan kebahagiaan. Aku tersenyum miris. Lucunya adalah aku menertawakan diriku hingga menangis didalam hati. 

Aku bisa membuat kamu bahagia dengan cara yang lain. Kamu spesial untukku. Meskipun aku tidak sesempurna dirinya yang bisa membuatmu jatuh begitu dalam hingga lupa bahwa diatas langit ada langit.

Aku melepaskan pelukannya, memegang wajahnya, perlahan ku hapus basah dari pipinya. "Aku lebih sayang kamu." Perlahan aku mendekatkan wajahku dengan wajahnya, aku tidak akan meminta izinnya. "Cupp" aku menciumnya perlahan. Bibirnya yang lembut dan sedikit rasa kopi terakhir yang mungkin ia hisap bersama perempuan itu. Kamu terlarut lalu tersadar dan sedikit mendorongku. Kamu pergi tanpa sepatah katapun.

Kelopak bunga itu tidak akan pernah berkata datang. Dua jam aku menunggumu disini. Bahkan langit mendukungku untuk basah dalam derai hujan yang sesaat akan turun. Kamu tidak akan datang padaku. Teman yang kamu percayai bisa biasa saja hingga akhir, namun aku mengacaukannya disaat paling tidak tepat.

Hingga  dua minggu kemudian aku dapati kabar bahwa tangisanmu itu tidak berarti karena kamu kembali bersamanya, bersama dia yang sempat meninggalkanmu demi seorang lain yang meninggalkannya dalam waktu cepat. Kamu bodoh, tapi aku lebih bodoh karena masih mencintaimu bahkan hingga saat ini.


Inspired by: Conan Gray - Heather

Tidak ada komentar: