You’re Not Really My Best Friend #5


Ditulis oleh: firasyr


“nggak usah kemana-mana, ngobrol di balkon kamar lo aja, Vir.” Kataku padanya yang sedang memilih jaket dan mencari celana panjang yang ingin ia kenakan.

“ini gue udah nemu ko, makan es krim aja yuk!” katanya. Aku menggeleng berjalan menuju balkon. Rolling doornya terdengar berdecit karena jarang di buka. Aku menghirup udara cukup dalam, udara sore hari beserta sahutan anak-anak di komplek rumah Virgo yang sedang bermain bola dekat.

“Cher awas dulu deh,” aku menoleh, Virgo membawa sebuah matras yoga berwarna hitam yang sering ia gunakan untuk berolahraga, “Pakai ini aja, biar nggak pegel berdiri.”

“Oke.”

“Kalo lo sering main kerumah dan suka ngobrol di balkon kamar gue, biar gue beli kursi lipet buat kita berdua.”

“Enggak usah, Vir. Thanks ya.” Aku memukul pelan lengannya yang kurus. Kami terdiam cukup lama. Hingga seseorang membuka pintu kamar Virgo.

“Virgo?” panggil Bundanya.

“Iya Bun?” jawab Virgo.

“Katanya ada Cherry? Kok Bunda nggak liat?” aku bangkit dari duduk. Bundanya tidak melihat karena posisi dudukku yang tertutup rolling door yang masih ditutupi gordyn.

“Halo tante, apa kabar?” aku menghampiri beliau yang masih berdiri dan memegangi gagang pintu kamar Virgo. Ia tersenyum lebar.

“Baik, sayangku. Kamu apa kabar? Tante kangen banget, nanya kamu ke Virgo kok nggak pernah main lagi ke rumah.”

“iya tante, kan Virgo yang main terus ke rumah. Jadi ganti-gantian aja gitu.”

“Oh gitu, tante kira kalian lagi bertengkar. Oh iya, tante bawa masakan dari resto, nanti ikut makan malem keluarg ya. Udah lama kan, Cherry nggak ikut makan bareng sama tante sekeluarga.”

“iya tante, nanti Cherry ikut makan malam.” Kataku sambil tersenyum.

“yaudah tante turun ya mau nyiapin meja.”

“iya tan.” Kataku mengangguk. Ia pun menutup pintu kamarnya.

“Bener tuh kata Bunda.” Virgo menyambar.

“yang mana yang bener?”

“tiap minggu nanyain lo nggak kesini? Waktu khitanan saudara gue, gue disuruh ngajak lo, tapi nggak gue sampein karena gue juga nggak mau ikut.”

Aku tersenyum mendengarnya.

“Hari ini ngeselin banget nggak sih?” katanya lagi. Aku mengangguk tanda setuju, “gue mau lo nggak sedih Cher. Maaf ya gue seharian bicaranya bentak-bentak terus.” Dia menundukkan kepalanya kearahku. Aku mengusap-usap rambutnya yang tebal dan sedikit panjang.

“nggak papa, Vir. Lo udah banyak bantuin gue selama ini. nggak kebayang kalo nggak ada lo gue kayak apa.”

“kan elo masih ada Risti, Irene sama Cica.” Ledeknya, mereka bertiga adalah teman perempuan yang cukup dekat denganku. Ketika aku tidak bersama Virgo, aku bermain bersama mereka.

“I Know. Tapi elo yang selalu ada saat gue sedih atau senang.” Kataku.

“sweet kan gue? HAHAHA” katanya kepedean.

“Vir, kita sahabatan udah dua tahun. Gue nggak pernah liat lo deket atau suka sama cewek lain?” tiba-tiba pikiran itu terbesit olehku.

“gimana bisa deket sama cewe lain, kalo lo selalu ngikutin gue terus.” Katanya.

“Serius, Vir? Jadi ada cewe yang mau lo deketin tapi nggak bisa karena gue?”

“iya, cewe-cewe itu pada mikir mau deket sama gue. Takut gue lebih care sama lo katanya.”

“siapa Vir? Lo nggak pernah cerita sih sama gue! Kalo gue tau lebih awal kan gue bisa jaga jarak sama lo.”

“Ada deh, ntar lo labrak dia terus ngoceh aneh-aneh lagi. Ogah ah!”

“enak aja, emang gue sejahat itu. Kalo lo suka kenapa gue harus labrak apalagi ngomongin lo aneh-aneh ke dia, ya enggak lah!” jawabku. Aku jadi penasaran.

“penasaran lo ya? AHAHAHA” dia tertawa seperti suka membuatku penasaran.

“iya, siapa sih? Temen sekelas kita? Atau siapa?”

“udah ah, bahas yang lain.”

“liburan mau ngapain nih kita?” lalu kami pun menghabiskan waktu untuk membicarakan planning dua minggu kedepan selama liburan kenaikan kelas. Kami akan full bermain bersama. Malamnya ditutup dengan makan malam keluarga. Kak Reza dan Kak Lika juga ikut, kami berbincang segala hal kecuali membahas Kenan atau Virgo akan membalikkan meja makan. Setidaknya itu yang aku dengar saat Virgo berpapasan dengan Kak Reza saat di tangga.

Aku dan Virgo resmi menjadi senior disekolah. Tidak terasa waktu cepat berlalu dengan beragam cerita. Tiba-tiba saja aku teringat hari aku dan Virgo duduk di balkon sore itu. Percakapan tentang perempuan yang ingin Virgo dekati namun tidak jadi karena aku. Aku ingin bertanya pada temanku Risti, Irene dan Cica. Saat Virgo main basket nanti.

“Ris, Ren, Ca, gue mau nanya dong.”

“nanya apa, Cher?” tanya Irene.

“kalian ada yang tau nggak cewe yang sempat Virgo deketin?”

“Cie, gue pikir Cherry nggak peduli soal ini, ternyata peduli juga.” Kata Risti.

“iya gue juga. Cemburu lo ya, Virgo di deketin cewe?” kata Cica.

“di deketin?” tanyaku bingung.

“Emang Virgo nggak cerita apa-apa sama lo?” tanya Cica lagi.

“engga.”

“Sama sekali? Tanya Risti. Aku mengangguk kencang.

“Gimana ya, boleh nggak sih cerita? Kok bisa Virgo nggak cerita sama lo.” Kata Irene.

“Iya, ya, padahalkan udah ketiga kalinya Virgo hampir deket sama cewe.” Jelas Risti, “elo juga kok lucu, bisa-bisanya sahabatan tapi nggak tau sahabat lo deket sama siapa.” Lanjutnya.

“bukan gitu, gue nggak pernah dikasih tau apapun sama Virgo. Virgo nggak pernah bahas soal kisah cintanya atau apapun itu yang berhubungan sama cewe lain.” Kataku yang juga bingung seperti mereka. Mereka bertiga saling bertatapan. Kemudian mereka bertiga bercerita. Virgo sudah tiga kali di tembak oleh perempuan di sekolahnya. Aku kaget karena tidak ada omongan apapun yang sampai kepadaku. Kejadiannya saat kelas satu semester akhir dan saat kami duduk di kelas dua. Leoni, Indah dan Karmelia. Ketiga nama itu yang salah satunya adalah teman sekelas ku, Leoni. Aku benar-benar tidak tahu hal itu, yang lebih mengagetkan adalah alasan Virgo menolak mereka yaitu benar karena aku. Virgo nggak mau nanti aku sedih, merasa kehilangan dia sebagai sahabat, dan Virgo terlalu sayang sama aku jadi nggak bisa sayang kepada mereka. Seperti petir disiang bolong aku mendengar itu semua. Lucunya hanya aku yang tidak tahu hal ini. Menurut mereka bertiga semua perempuan itu harus merahasiakannya dariku. Kalau tidak Virgo akan marah banget dengan mereka. Semuanya menurut padanya. Setelah aku ingat-ingat dua diantara mereka sering sekali mengikuti pertandingan Virgo dibeberapa sekolah. Bahkan aku saja tidak sesering mereka. Aku jadi bingung menghadapinya. Harus bagaimana terhadap Virgo.

bersambung...

Tidak ada komentar: