You’re Not Really My Best Friend #3

 

Ditulis oleh: firasyr

Sejak hari itu aku menjadi dekat dengan Kenan. Kenan dan Kak Reza merupakan senior yang duduk di bangku kelas tiga. Hanya tiga bulan kami bisa bertemu lagi di sekolah. Saat pensi sekolah, Kenan menyatakan perasaannya padaku dan memintaku untuk menjadi pacarnya. Hari itu menjadi malam yang tidak terlalu mengagetkan, karena sudah tiga bulan kami pendekatan dan jalan bersama. Virgo sebenarnya tidak merestui hubunganku dengannya, karena menurutnya Kenan itu playboy dan sering tebar pesona sama cewek-cewek lain. Aku tidak menggubris perkataan Virgo dan memutuskan menerima pernyataan Kenan untuk menjadi pacarnya. Virgo sempat marah padaku dan berkata kalau ia sudah memberitahuku lebih awal, bila suatu saat omongannya terbukti dia nggak akan peduli padaku. Kami sempat berjarak untuk waktu dua minggu atau tepatnya selama liburan kenaikan kelas. Hingga satu hari sebelum masuk sekolah. Aku yang tidak tahan karena Virgo yang marah tidak jelas akhirnya mendatanginya ke rumah dengan membawakan donat dan dimsum yang aku buat sendiri khusus untuknya.

“Hai!” sapaku saat melihat Virgo yang masih terlihat malas.

“Mau apa kesini?” tanyanya ketus.

“Kata Bi Marni lagi pada pergi ke Bandung, kok elo nggak ikut?” tanyaku basa-basi, mengindahkan pertanyaannya.

“Gue tanya, elo ngapain kesini? Kenan tahu lo kesini?”

“tahu, kok. Eh gue bawain ini, gue ambil piring dulu ya.” Aku bangun dari duduk dan hendak menuju dapur mengambil piring untuk dimsum yang ku buat.

“Cher. Elo balik aja ya, gue mau tidur, belom tidur gue dari semalem.” Aku terdiam mendengarnya, “besok juga kita ketemu disekolah. Plis gue mau istirahat.”

“Elo kenapa si Vir, lo ngusir gue halus banget. Yaudah gue pulang. Dimsumnya di makan, ya. Gue buat banyak udangnya. Selamat istirahat, Vir!” akupun mengambil tasku di sofa dan berjalan menuju pintu. Hatiku sakit dengan perlakuan Virgo. Mungkin aku pantas mendapatkan perlakuannya, selama dekat dengan Kenan aku sering lupa padanya, setelah jadian aku benar-benar tidak pernah ada waktu untuknya hingga kami benar-benar menjadi jauh. Virgo tidak pernah membalas chatku ataupun mengangkat teleponku. Dia pasti merasa terkhianati setelah aku berpacaran dengan Kenan karena telah sedikit melupakannya.

“Cher! Tunggu!” Panggil Virgo saat aku bersiap membuka pagar rumahnya. Aku melihat kearahnya dengan wajah datar. Mungkin terlihatraut wajahku yang lebih sedih dibandingkan saat menyapanya di dalam tadi. Virgo berlari kearahku dan memelukku untuk beberapa saat. Aku mematung, pelukan ini adalah yang ketiga kalinya. Pertama saat kucing kesayangannya mati, ia menangis dan memelukku. Kedua saat Tim Basketnya memenangkan juara satu di tingkat sekolah sekecamatan, ia mendatangiku dan memelukku dengan keringat yang bercucuran. Ketiga, hari ini ntah alasannya apa.

“Besok gue jemput lo kaya biasa, ya. Maafin gue,  tapi gue bener-bener ngantuk banget buat ngobrol. Gue nggak bisa nyuruh lo nunggu gue sampai gue bangun karena bisa-bisa gue bangun besok. Tolong lo ngerti ya.” Katanya di telingaku masih dengan memelukku dengan erat. Aku mengangguk, lalu ia pun melepaskan pelukannya. Sedikit canggung dan kami sempat terdiam di tempat kami berdiri masing-masing.

“Dimsumnya taruh di kulkas. Awas aja lo kalo ngga di makan.” Kataku mengingatkan.

“Oh iya, ntar pasti gue makan. Makasih ya.” Katanya sambil mengacak-acak rambutku.

“gue balik ya, Vir.”

“Hm.. sorry nggak bisa anter lo ya, gue minta Mang Uus anter lo ya?”

“Oh nggak usah, Vir. Gue udah pesen ojol, udah bentar lagi. Kayaknya udah di tikungan deh.” Tak lama kemudian, seorang ojol berjaket hijaupun datang. Aku segera naik ke motornya dan berpamitan dengan Virgo yang berdiri melihat kearahku tanpa henti.

Aku tidak pernah membayangkan kalau ucapan Virgo adalah benar.  Setelah enam bulan aku dan Kenan berpacaran, Kenan telah berubah setelah dirinya masuk perguruan tinggi. Beberapa kali ia memposting story instagram bersama perempuan. Meskipun telah aku tanyakan namun ia berdalih bahwa itu hanya teman kuliahnya saja dan tidak lebih dari itu. Kenan juga jarang berkomunikasi denganku serta mengajakku jalan lagi. Selama sebulan kami tidak pernah bertemu. Dia hanya menelponku sebanyak tiga kali dalam seminggu. Alasannya jarang menghubungiku adalah kesibukkannya dengan tugas-tugas kuliahnya. Ia bilang bahwa kuliah tidaklah sama dengan sekolah. Tugas-tugas lebih banyak menguras waktu dan tidak bisa disepelekan. Tidak seperti waktu disekolah yang bisa mengerjakan tugas di hari yang sama dengan waktu dikumpulkan. Di bangku kuliah harus dikerjakan sendiri dan tugas tersebut harus di pertanggung jawabkan. Kenan masuk jurusan Administrasi Publik di sebuah Perguruan Tinggi Negeri. Aku tidak tahu menahu mengenai perkuliahan. Aku hanya bisa mempercayainya, hingga suatu hari sesuatu terjadi.

“Vir, gue bosen ah main PS terus. Keluar yuk. Bosen nggak sih?” tanyaku yang akhirnya lelah duduk berjam-jam bermain PS di ruang keluarga rumah Virgo. Ayah dan Bundanya sedang kerumah saudaranya. Dirumah hanya ada Kak Reza dan Kak Lika yang katanya sedang menunggu beberapa teman angkatannya datang ke rumah. Aku bertanya pada Kenan bahwa ia tidak bisa datang karena ada tugas yang harus ia selesaikan. Jadi aku bisa pastikan bahwa Kenan tidak akan ikut kumpul dengan kawan seangkatannya di rumah Kak Reza.

“elo yakin Cher, si Kenan nggak akan dateng kesini?” tanya Virgo sambil mematikan playstationnya. Kami bersiap untuk keluar rumah dan tidak mau berada di rumah Virgo bersama para Maba (Mahasiswa Baru).

“Yakin nggak yakin sih, katanya kan dia ada tugas, Vir. Gue nggak ngerti tugas apa dan kayaknya emang agak banyak gitu. Dia bilang deadlinenya hari senin.” Kataku. Suara mobil dan motor mulai terdengar di depan rumah Virgo. Kak Reza menyambut beberapa orang disana yang sudah mulai memasuki area parkir rumah Virgo.

“Si Kunyuk katanya lo nggak dateng!” terdengar keras suara Kak Reza dari luar. Tiba-tiba saja Virgo menarik tanganku dan mengajakku ke atas. Namun aku keburu melihat senior-senior yang sudah hadir ke rumah Virgo saat itu, termasuk Kenan.

“Kenan.” kataku lirih. Terlihat Kenan tersenyum menjabat tangan Kak Reza dan Kak Lika. Ia tidak sendiri, ia membawa seorang perempuan yang sudah tidak asing buatku. Perempuan yang sama, yang sering ia unggah di story instagramnya. Seperti sedang memperkenalkannya pada semua orang disitu. Namun seketika wajah Kenan berubah saat Kak Reza dan Kak Lika mengatakan sesuatu padanya. Aku berlari keluar rumah. Kenan berdiri kaku mematung melihat kehadiranku yang dari dalam.

“Cherry?” namaku keluar dari mulutnya yang hina.

“Halo.” Jawabku singkat sambil tersenyum tipis. Jantungku berdetak lebih kencang, seolah sulit untuk bergerak lebih jauh.

“A..Aku bisa jelasin, Cher.” Katanya yang perlahan melangkah menuju tempatku berdiri. Virgo yang keluar dari dalam rumah tiba-tiba menghantam tinjunya tepat di wajah Kenan.

“Virgo!” teriak Kak Reza.

“Jangan pernah hubungin Cherry lagi! Buaya kayak Lo tuh nggak pantes buat dia!” kedua kalinya Virgo meninju wajah Kenan. Kenan seperti tak berdaya. Aku yakin ia merasa bersalah dan malu telah aku pergoki secara langsung. Virgo menarik tanganku menuju motornya. Kemudian, motor melaju dengan cepat meninggalkan suasana hening di dalam rumah. Acara reuni itu pasti berantakan gara-gara Kenan.

Bersambung....

Tidak ada komentar: