Halo manusia yang wanginya aku rindukan, semoga kamu selalu baik dimanapun berada. Kamu tahu? Wangimu selalu sama bahkan sampai terakhir kali kita bertemu dan saling bertukar ingatan untuk yang terakhir.
Aku menangis 20 menit yang lalu sebelum akhirnya kamu berani datang kerumah, membawa setumpuk buku yasin yang dipinjam 2 bulan lalu. Aku rindu. Rindu wajah dan aroma tubuhmu. Aku benar-benar ingin mengusap wajahmu dan berkata jangan dendam padaku.
Lalu kamu berhenti dengan motor yang lain didepan rumah, mengucap salam dan beranjak masuk untuk bersalaman dengan bapak yang mungkin orang paling kamu rindukan. Berkata terimakasih dan mencari alasan untuk segera pergi. Wajahmu itu masih tidak asing, masih sama terlihat ketika semburat rasa benci melihatku yang tersenyum sendu, persis beberapa kali terakhir kita bertemu. Kamu membalasnya dengan tarikan bibir yang memaksa hanya untuk tetap terlihat baik di depan bapak dan adikku.
Kamu beralih saat pulang, seperti tidak ingin melihatku atau berucap salam, perpisahan kali ini tidak ada pelukan seperti biasanya hanya sebuah uluran tangan yang aku minta dengan paksa. Ya Tuhan..beri aku waktu untuk lebih lama dengannya, itu adalah harapanku sepersekian detik setelah kamu berlalu pergi. Aku masih rindu. Aromamu dan semuanya.
Aku bawa tas berisi tumpukan buku itu ke lemari, harum rumah yang menjadi ciri khas dulu sering aku datangi. Hanya bisa mencium aromanya mataku terasa panas dan tak terasa air mulai mengalir hanya karna masih rindu padamu.