Risoles Keju: Inovasi
Cita Rasa dan Kualitas dalam Membangun Trust[1]
(Studi Kasus: Usaha Risoles Ibu Ida
Farida, Jl. Masjid Al Mubarak No.7 Rt. 011/03,
Balekambang, Condet, Jakarta Timur)
Safira Yastiandari R
(4825141008)
Sosiologi Pembangunan B 2014
Abstrak
Tulisan ini menjelaskan mengenai
strategi bisnis Risoles Keju Raja Iman. Risoles
Keju Raja Iman merupakan sebuah usaha
franchise. Dalam strategi bisnisnya Risoles Keju Raja Iman sangat mengutamakan kualitas dan
servis yang ramah dalam membangun kepercayaan (trust) antara produsen dan
konsumen. Berbeda dengan risoles isi pada umumnya yang memliki satu varian
rasa, Risoles Keju Raja Iman justru berinovasi
dengan risoles yang ia jual. Inovasi tersebut
merupakan salah satu strategi Risoles Keju
Raja Iman untuk menggaet konsumen. Selain terkenal dengan
inovasi risolesnya, Raja Iman juga membandrol harga per satu buah risolesnya
dengan harga yang murah, karena sasaranya adalah semua kalangan. Risoles
Keju Raja Iman yang merupakan usaha
franchise telah memiliki 4 outlate, serta mudah ditemukan karena lokasinya
berada di pinggir jalan, sehingga mudah dijangkau dengan kendaraan dan telah
memiliki empat cabang.
Pengantar
Setiap masyarakat dalam
kehidupannya tidak dapat lepas dari kegiatan ekonomi yaitu, produksi,
distribusi, dan konsumsi.[2]
Produksi dapat diartikan sebagai segala perbuatan manusia baik secara langsung
maupun tidak langsung yang ditujukan untuk menambah atau mempertinggi nilai dan
guna suatu barang untuk memenuhi kebutuhan manusia.[3]
Sedangkan pelakunya disebut produsen.
Tulisan ini membahas mengenai
strategi bisnis Risoles Keju Raja Iman
dalam mempertahankan eksistensinya
ditengah-tengah maraknya pasar kuliner
di Indonesia. Risoles Keju Raja Iman
yang merupakan usaha franchise mulai membesarkan sayapnya dibeberapa tempat. Risoles
Keju Raja Iman mencoba membangun kepercayaan
(trust) di antara produsen dan konsumen, dengan modal sosial tersebut Risoles
Keju Raja Iman mampu mengangkat namanya dan memperlihatkan
eksistensinya ditengah-tengah maraknya pasar kuliner yang ada saat ini. Risoles
Keju Raja Iman menunjukkan bahwa jajanan
pasar yang terlihat biasa juga dapat menjadi berbeda dengan ide kreatif yang mampu melahirkan
inovasi-inovasi dalam proses produksi.
Melalui maraknya persaingan pasar
kuliner di Indonesia saat ini, maka tulisan ini mengacu pada pertanyaan:
Pertama, Bagaimana strategi bisinis yang diterapkan oleh Risoles Keju Raja Iman. Kedua, Bagaiaman Risoles Keju Raja Iman dapat bersaing ditengah-tengah
maraknya pasar kuliner di Indonesia. Ketiga, bagaimana cara Risoles Keju Raja Iman membangun kepercayaan (trust) antara produsen dan konsumen.
Untuk menjawab pertanyaan di atas, berikut
sitematika tulisan ini dibagi menjadi lima bagian. Pertama, berisi pengantar terkait dengan latar belakang, tujuan,
dan konsep sentral dari tulisan. Kedua,
menjelaskan konteks historis dari Risoles Keju
Raja Iman. Ketiga,
menjelaskan perkembangan dan bagaimana Risoles Keju Raja Iman bertahan sekaligus bersaing ditengah-tengah maraknya
persaingan pasar kuliner di Indonesia. Keempat,
menjelaskan Risoles Keju Raja Iman sebagai
tindakan ekonomi, di bagian ini akan dijelaskan relasi tindakan ekonomi dalam membangun
kepercayaan (trust), serta perbandingan Risoles Keju Raja Iman dengan usaha franchise kuliner
sejenis risoles atau makanan sejenis pada umumnya. Kelima, merupakan penutup yang berisikan kesimpulan dari
keseluruhan isi tulisan penelitian yang telah diamati.[4]
Konteks Historis Risoles Keju Raja Iman
Risoles Keju Raja Iman
merupakan sebuah usaha seorang Ida Farida atau yang akrab dipanggil Mama
Iman ini merupakan usaha yang dibangunnya bersama suaminya, Imran. Berawal dari
hobinya memasak dan mengkreasikan berbagai jenis makanan, ia mencoba berinovasi
pada Risoles yang merupakan jajanan pasar ini. Risoles Keju Raja Iman merupakan usaha ke tiganya setelah
beberapa kali gagal dalam membangun usaha pertama dan keduanya. Ida yang
memutuskan untuk menjadi seorang Ibu rumah tangga setelah menikah namun ia
ingin menjadi ibu rumah tangga yang produktif, dan pada akhirnya ia memutuskan
untuk menjadi seorang wirausaha, melalui tangannya Ida mencoba beberapa usaha kuliner,
karena memasak merupakan hobinya sejak kecil. Usaha pertama yang didirikan oleh
Ida dimulai pada tahun 2011 yaitu ia menjual Nasi Uduk Betawi , namun ia merasa
kurang karena usaha pertamanya itu tidak cukup ramai dan memberikan keuntungan
yang cukup besar, ia memutuskan untuk berhenti dari usaha tersebut. Di tahun
yang sama Ida mulai mengasah hobinya kembali dengan menjual makanan ringan
seperti goreng-gorengan, seperti yang banyak di jual oleh penjual gorengan
pinggir jalan. Ia memulai berjualan risoles biasa dengan isi bihun seperti pada
kebanyakan risoles. Kemudian setelah beberapa bulan risoles tersebut
mendapatkan respon positif. Ia pun
mulai mendapatkan pesanan-pesanan dari tetangganya, kemudian risolesnya
mulai bermetamorfosa bentuk dan rasanya, ia mulai mengkolaborasikan
sayur-sayuran dengan keju, ternyata responnya semakin baik. Akhirnya banyak
orang mulai mengenal risol keju buatan Ida ini. Berawal dari mulut ke mulut,
dan pada awal tahun 2012 Ida dan suaminya mulai serius dengan usaha ini. [5] Dengan
berbekal pengetahuan dan mencari-cari ide kreatif Ida mencoba mencari ‘apa’
yang masyarakat inginkan. Di awal tahun tersebut ia mulai menjajakan gorengan
risolesnya di etalase mini, saat itu risolesnya baru memiliki empat varian
rasa.
Namun tanpa di duga, risoles yang
ia jajakan di depan rumahnya mendapat banyak respon, dan Ida banjir pesanan.
Sejak saat itu suaminya mulai membuat nama untuk produk yang istrinya jual.
Pemberian nama ini sekaligus menjadi logo atau pembeda dari tempat lainnya.
Pemberian nama untuk logoonya pun mendapat dua kali perubahan. Logo yang
pertama kali di buat oleh suami Ida, Imran, adalah Risoles Iman, namun Ida
mendapatkan protes kecil dari kedua anaknya yang lain, karena hanya menggunakan
satu nama anak bungsunya. Kemudian Ida pun merubah nama menjadi Risoles
Keju Raja Iman, Raja yang merupakan
gabungan nama dari kedua anaknya yakni Rara dan Fajar. Dan dibalik pemberian
nama ini, Ida menaruh harapan besar pada usahanya tersebut, nama tersebut
merupakan doa yang ia optimiskan dapat mengangkat usahanya lebih sukses lagi,
dan sepertinya boleh dikatakan mimpi Ida terealisasikan setelah tiga tahun
mendirikan usaha tersebut. Tentunya tidaklah dengan mulus ia lewatkan.
Foto 1.1
Foto Logo
Risoles Keju Raja Iman
Sumber: Dokumen
pribadi
Banyak suka duka dalam usaha yang
didirikannya, dan ia lewati bersama suami dan anak-anaknya. Motivasi yang
membuatnya semangat dalam bekerja untuk menjadikan usahanya lebih sukses lagi
adalah anak-anaknya yang masih bersekolah. Walaupun penghasilan yang diberikan
oleh suaminya, Imran, yang merupakan seorang pengusaha toko cukup untuk
menghidupi keluarganya sehari-hari. Namun karena Ida memiliki mimpi untuk
berinvestasi, untuk masa depan anak-anaknya, kelak apabila dia meninggalkan
dunia, ada yang dapat ia berikan kepada ketiga anaknya yaitu usaha ini
Kini Ida mulai melebarkan sayapnya
di beberapa tempat, bisa dikatakan Ida cukup berhasil dalam membangun usaha
franchisenya. Walaupun kini Ida sedang berjuang dalam mempertahankan
eksistensinya di dalam pasar kuliner Indonesia.
Perkembangan Risoles Keju Raja Iman di Tengah Pasar Kuliner
Banyaknya jumlah food outlet di
Jakarta, tidak menyurutkan semangat Bu Ida untuk terus bertahan dan membangun
usahanya ini. Dengan modal awal Rp25.000.0000 yang ia pinjam melalui bank bjb, Ida
membangun satu outletnya di Jalan Kayu Manis No 4, Condet, Jakarta Timur, pada
tiga tahun terakhir ia sudah bisa melebarkan sayapnya di tiga tempat. Sehingga
di tahun 2015 ini ia sudah memiliki empat outlet. Berikut ini tabel yang memuat
daftar alamat outlet Risoles Keju Raja Iman.
Tabel 2.1
Daftar alamat
cabang Risoles Keju Raja Iman
Alamat
|
Pengelola
|
Jl. Masjid Al
Mabruk No. 7, Balekambang, Condet, Jakarta Timur
|
Ida Farida
(Pemilik)
|
Jl. Munggang
No. 20, Condet, JakartaTimur
|
Karyawan
|
Jl. Batu Ampar
IIINo. 32, Condet, Jakarta Timur
|
Suami atau
Alul (Adik Ida)
|
Jl. Kayu Manis
No. 4 Balekambang, Condet , Jakarta Timur
|
Karyawan
|
Sumber: Diolah
dari hasil wawancara
Berdasarkan tabel di atas usaha Bu Ida
dapat dikatakan cukup sukses, walaupun terjadi jatuh bangun seperti tutupnya
outlet yang ada di Depok, hal ini dikarenakan Bu Ida tidak dapat mencari
karyawan untuk memegang tokonya tersebut. Sehingga ia membuka kembali outletnya
di Jl. Batu Ampar, dimana Pak Imran, suami Bu Ida terkadang terjun langsung
untuk melayani konsumen seusai kerja.
Jam terbang Ibu Ida saat membuka
outletnya hingga tutup, yaitu pada sore hari pukul 15.00 WIB sampai pukul 22.00
WIB. Ida mencari jam ramai, yaitu pada saat anak sekolah seusai belajar, dan
orang dewasa seusai dari bekerja. Kemudian ia membuka outletnya setiap hari,
kecuali saat ada acara-acara tertentu ia terpaksa harus libur berjualan. Setiap
harinya Bu Ida mampu menjual risolesnya sebanyak seratus buah per outlet, namun
ketika sepi pembeli terkadang hanya lima pulah risoles saja yang terjual. Hal
ini diperkuat dengan hasil wawancara dengan Bu Ida selaku pemilik usaha Risoles
Keju Raja Iman.
“Iya, Mba Fira (panggilan penulis),
omsetnya lumayan, sehari saya bisa jual sampai seratus biji. Cuma ya memang
tidak menentu, kira-kira 50 sampai 100 biji dari setiap outlet per hari.
Kebanyakan yang beli ya memang orang yang lewat jalan ini, makanya sengaja saya
buka pas sore, jadi banyak anak sekolahan dan karyawan yang lewat buat beli
risoles.”
Ida
Farida, 44 tahun.
Begitu juga dengan outletnya yang
tersebar di beberapa tempat menjadikannya mudah di temukan oleh konsumen, serta
lokasinya yang strategis memudahkan konsumen untuk datang karena letaknya
dipinggir jalan. Beberapa hal tersebut juga merupakan salah satu strateginya
dalam berbisnis. Serta cara Ida dalam mempertahankan eksistensi Risoles
Keju Raja Iman di pasar kuliner di
Indonesia. Berikut ini hasil wawancara
kepada salah satu konsumen yang kebetulan menjadi langganan Ibu Ida sejak lama
dan dia mengaku mudah menemukan lokasi Risoles Keju Raja Iman ini, yakni Sari
seorang mahasiswa.
“Awal mula aku tahu risol Mama Iman ini pas aku kelas tiga SMA, rumah temen aku kan di condet jadi
sering lalulalang lewat sini. Terus temen aku ngerekomendasiin risol Mama Iman
buat acara-acara atau sekedar jajan abis pulang sekolah. Karena gampang di
temuin tempatnya jadi kadang aku beli disini (Jl. Masjid Al Mabruk Condet,
Jakarta Timur) atau yang di Batu Ampar sekalian pulang dari kampus. Sekarang
kalo lagi pengen gorengan terutama risol-risol gitu aku ke sini, pasti.”
Sari,
18 tahun.
Foto 2.1
Peta salah satu
lokasi outlet Risoles Keju Raja Iman
Sumber : Google
Maps
Risoles
Keju Raja Iman sebagai Tindakan Ekonomi
Dalam mempertahakan eksistensinya, Risoles
Keju Raja Iman menggunakan strategi
bisnisnya tersendri. Salah satunya dengan membangun kepercayaan di antara
produsen dan konsumen. Begitu juga
dengan servis yang diberikan oleh Risoles Keju
Raja Iman, mereka mencoba membangun kedekatan melalui servis yang ramah,
sehinga konsumen betah dan senang untuk membeli Risoles Keju Raja Iman, bahkan untuk kembali membeli di
sana. Hal ini di maksudkan agar Risoles Keju
Raja Iman terus dapat bertahan di tengah persaingan pasar kuliner saat
ini.
Seperti dalam Teori Embedded atau konsep keterlekatan
menurut Granovetter, dimana menurutnya konsep keterlakatan merupakan tindakan
ekonomi yang disituasikan secara sosial dan melekat dalam jaringan
sosial-personal yang sedang berlangsung di antara para aktor, ini tidak hanya
terbatas pada tindakan individu namun mencakup perilaku ekonomi yang lebih
luas, yang semuanya terdapat dalam suatu jaringan hubungan sosial, adapun
jaringan hubungan sosial tersebut ialah sebagai suatu rangkaian hubungan yang
teratur atau hubungan sosial anatara individu-individu atau kelompok-kelompok[6].
Keterlekatan ini penting sebagai penentu apa yang terjadi dalam pola ekonomi .
Risoles dimana hampir seluruh
masyarakat Jakarta mengetahuinya, isinya dan rasanya. Risoles Keju Raja Iman
menawarkan inovasi-inovasi dari Risolesnya sehingga membuat masyarakat
tidak bosan akan hal yang bersifat umum. Dengan memberikan inovasi, dalam hal
ini Risoles Keju Raja Iman menawarkan
sajian Risoles dengan berbagai varian rasa. Strategi bisnis yang kreatif dan
original ini dirasa sangat baik karena mampu menggaet konsumen lebih banyak
lagi, dan tentu tidak membosankan. Apabila ditinjau inovasi-inovasi tersebut merupakan usaha Risoles
Keju Raja Iman untuk memenuhi selera
atau keinginan konsumen/masyarakat, yang berarti Risoles Keju Raja Iman telah melakukan tindakan ekonomi
dengan memperhatikan keinginan masyarakat.[7]
Dengan begitu konsumen tertarik untuk mencoba berbagai varianrasa yang di
tawarkan Risoles Keju Raja Iman.
Tidak hanya servis dan inovasi yang
ditawarkan, dalam membangun kepercayaan kepada konsumen, Risoles Keju Raja Iman menggunakan bahan-bahan yang
berkualitas. Hal ini dibuktikan dengan label halal dari MUI dan telah
mendapatkan nomor LPPOM atau nomor izin
produk halal. Sehingga bahan-bahan untuk membuat risolesnya sudah pasti
terjamin dan berkualitas. Pemberian label MUI juga termasuk dalam kapital
simbolik dan kapital komersial Bordieu. Termasuk dalam kapital simbolik di karenakan Ibu Ida selaku
pemilik usaha mampu memberikan reputasi yang baik terhadap produknya, dan
tentunya ini sangat menjual di pasar kuliner. Sedangkan sebagai kapital
komersial, dengan label MUI Ibu Ida mampu mengubah pola pikir masyarakat akan
gorengan yang merupakan makanan tidak sehat, berkat label MUI, Ibu Ida mampu
memberikan kepercayaan pada masyarakat bahwa gorengan risoles dan gorengan
lainnya yang ia jual adalah makanan yang sehat dan berkualitas. Berikut ini
foto label MUI yang tertera di Logo Risoles Keju Raja Iman.
Foto 3.1 dan 3.2
Label halal MUI
beserta nomor LPPOM
Sumber : Diolah melalui pengamatan langsung di
lapangan
Terbangunnya kepercayaan memang
berawal dari perilaku ekonomi yang hanya sebatas jual-beli, karena kebanyakan
konsumen Risoles Keju Raja Iman
merupakan orang yang kebetulan melewati jalan tersebut atau sekedar mencari
makanan ringan seperti gorengan, kemudian tentu saja hal pertama yang dilihat
oleh konsumen adalah harga yang di patok oleh penjual. Berikut ini merupakan
daftar harga menu Risoles yang di sediakan di Risoles Keju Raja Iman.
Tabel 3.1
Harga Menu
Risoles yang Di Sajikan
Rasa
|
Harga
|
Risoles
Original
|
Rp2.500
|
Risoles
Ayam
|
Rp3.000
|
Risoles
Keju
|
Rp3.000
|
Risoles
pedas
|
Rp3.000
|
Risoles
daging asap
|
Rp3.000
|
Risoles
sosis mayonnaise
|
Rp3.000
|
Risoles
udang
|
Rp3.000
|
Risoles
blackpaper
|
Rp3.000
|
Tahu
Pedas
|
Rp2.000
|
Pastel
|
Rp2.000
|
Sumber:
Informasi didapat langsung di lapangan
Risoles Keju Raja Iman memberikan harga yang sangat murah
apabila konsumen mengerti akan kualitas bahan yang digunakan. Namun untuk
konsumen yang tidak peduli dengan kualitas bahan makanan yang dibelinya, tentu
merasa harga yang di bandrol oleh Risoles Keju
Raja Iman sedikit mahal untuk sekedar makanan ringan. Hal inilah yang
membuat omset Ibu Ida sedikit banyak berkurang dari tahun-tahun sebelumnya,
tentu beberapa faktor lain seperti, kenaikan harga sembako dan tingginya nilai
dolar yang mempengaruhi seluruh perekonomian yang ada. Berikut daftar perbedaan
Risoles Keju Raja Iman dengan penjual
gorengan sejenis umumnya.
Tabel 3.2
Perbedaan Risoles
Keju Raja Iman dengan tukang gorengan
lainnya
Unsur Pembeda
|
Risoles Keju
Raja Iman
|
Penjual Risoles/Gorengan
Sejenis Umumnya
|
Harga
|
Murah karena
dibandrol sama rata dan berlaku untuk semua varian rasa
|
Murah namun
hanya satu varian rasa
|
Letak
|
Di ruas jalan
raya, namun memiliki empat cabang, sehingga mudah ditemukan
|
Di ruas jalan,
hanya memiliki satu tempat sehingga sulit di temukan
|
Higienis
|
Telah
bersertifikat MUI dan tercantum nomor LPPOM dari MUI sehingga terjamin
kebersihan dan kehalalannya
|
Tidak
bersertifikat MUI sehingga belum terjamin kebersihan dan kehalalannya
|
Kemasan
|
Menggunakan
plastik makanan yang bening dan kardus (untuk pesanan)
|
Menggunakan
kertas bekas, kantong plastik
|
Sumber: diolah
dari hasil pengamatan langsung di lapangan
Penutup
Diskusi di atas telah menggambarkan
bagaimana Risoles Keju Raja Iman sebagai
usaha franchise di bidang kuliner telah membuktikan eksistensinya di tengah
persaingan pasar kuliner di Indonesia. Ini terbukti dari banyaknya outlet
Risoles Keju Raja Iman dan letaknya yang
strategis. Selain itu juga dapa terlihat dari jumlah risoles yang terjual
setiap harinya.
Selain itu, Risoles Keju Raja Iman
telah memperlihatkan bagaimana tindakan ekonomi terjadi di masyarakat. Seperti
konsep keterlekatan oleh Granovetter,
dimana hubungan sosial sangat mempengaruhi pola ekonomi yang terjadi. Dalam hal
ini terlihat pada kepercayaan yang terjalin antara produsen dan konsumen.
Risoles Keju Raja Iman mencoba memberikan servis yang baik dan keramah
tamahannya pada konsumen, sehingga konsumen merasa senang dan dekat dengan
produsennya. Begitu juga dengan pemenuhan selera masyarakat dengan memberikan
inovasi-inovasi yang kreatif , ini merupakan tindakan ekonomi yang di cerminkan
dari Risoles Keju Raja Iman.
Tidak hanya itu, Risoles Keju Raja Iman juga telah membuktikan dirinya
mampu bersaing karena memiliki modal kapital simbolik dan kapital komersial.
Dengan terdaftarnya produk yang dijual di MUI dan mendapatkan nomor LPPOM,
Risoles Keju Raja Iman dapat menjual nama produknya serta mampu mengubah pola
pikir masyarakat akan gorengan sebagai makanan yang tidak sehat. Serta tak
terlepas dari kepintaran si pemilik usaha dalam menjual produknya untuk
membangun jaringan, yang termasuk dalam kapital komersial.
Daftar Pustaka
Bahan Bacaan
Damsar. 2002. Sosiologi
Ekonomi. Jakarta: Raja Grafindo.
Salvator, Dominick dan Eugene A. Diulio. 1991. Theory and Problems of Economics (teori dan Soal-Soal Prinsip-Prinsip
Ekonomi). terj. Wirawan Matorejo, cet. 2. Jakarta Timur.
Suryana, Asep. 2014. Bahan Ajar Sosiologi Ekonomi. Jakarta: Jurusan Sosiologi Fakultas Imu Sosial, Universitas Negeri
Jakarta.
Wibisono, Dytto. Harga
Kaki Lima, Rasa Bintang Lima Steak sebagai Simbolisme Kuliner Eksklusive. Dalam Scripta
Societa. Jakarta: Jurusan Sosiologi Fakultas Imu Sosial, Universitas Negeri Jakarta.
Widjayanto, Bambang dan Aristanti Widyaningsih.
2007. Mengasah Kemampuan Ekonomi untuk Kelas X SMA/MA. cet. 1.
Bandung: Citra Praya.
Internet
[1]
Tulisan ini merupakan Ulangan Tengah Semester dalam matakuliah Sosiologi
Ekonomi. Penulis mengucapkan terimakasih kepada Tuhan YME dan dosen matakuliah
Sosiologi Ekonomi yaitu Bpk. Asep Suryana, M.Si, dan Ibu Rusfadia Saktiyanti,
M.Si, karena sudah membimbing Penulis dalam membuat tulisan ini, dan
menyadarkan betapa pentingnya karya tulis.
[2]
Dominick Salvatore dan Eugene A. Diulio, Theory and Problems of Priciples of
Economics (Teori dan Soal-soal
Prinsip-Prinsip Ekonomi), terj. Wirawan Matorejo, cet 2, (Jakarta: Erlangga,
1991), hal. 10.
[3]
Bambang Widjayanto dan Aristanti Widyaningsih, Mengasah Kemampuan Ekonomi untuk
Kelas X SMA/MA, cet 1, (Bandung: Citra Praya, 2007), hal. 32.
[4]
Meminjam kata pada artikel Dytto Wibisono, Harga Kaki Lima, Rasa Bintang Lima Risoles
Keju Raja Iman Steak sebagai Simbolisme
Kuliner Ekslusive.
[5]
Diolah dari hasil wawancara langsung dengan Ibu Ida Farida (Pemilik outlet Risoles
Keju Raja Iman).
[7]
Asep Suryana, Bahan Ajar Sosiologi Ekonomi.2014.