Penggunaan media sosial
semakin berkembang pesat di Indonesia, tidak hanya sebagai media komunikasi
saja, namun juga sebagai sumber informasi dan pengaruh dalam lingkup sosial
politik. Fenomena buzzer merupakan salah satu contoh dari dampak media sosial
pada perilaku politik masyarakat. Buzzer adalah individu atau kelompok yang
sengaja menyebarkan informasi atau pesan tertentu di media sosial untuk
memengaruhi opini atau pandangan masyarakat. Dalam artikel ini, akan membahas
dampak fenomena buzzer di media sosial terhadap perilaku politik masyarakat
dengan menggunakan teori komunikasi oleh Jurgen Habermas.
Teori Komunikasi Jurgen Habermas
Teori komunikasi Jurgen
Habermas berfokus pada peran komunikasi dalam membentuk dan mempertahankan
masyarakat. Habermas menganggap komunikasi sebagai salah satu cara dalam
mencapai persetujuan dan kesepakatan bersama dalam masyarakat. Menurut
Habermas, terdapat tiga mode komunikasi yang berbeda, yaitu mode strategic,
mode normatif, dan mode dramaturgikal.
Mode komunikasi strategic
terjadi ketika individu atau kelompok mencoba untuk memengaruhi orang lain
dengan tujuan memperoleh keuntungan. Hal ini sering terjadi dalam komunikasi
politik, di mana pesan atau informasi disampaikan dengan tujuan untuk
memenangkan suara atau dukungan. Mode normatif, sebaliknya, terjadi ketika
komunikasi terjadi dalam upaya mencapai kesepakatan atau persetujuan bersama
dalam suatu masalah tertentu. Sedangkan, mode dramaturgikal terjadi ketika
komunikasi digunakan untuk membangun atau mempertahankan hubungan sosial dan
identitas sosial.
Fenomena Buzzer di Media Sosial
Fenomena buzzer di media
sosial menjadi salah satu bentuk mode komunikasi strategic dalam politik.
Buzzer umumnya digunakan oleh partai politik, kandidat, atau kelompok tertentu
untuk memengaruhi opini atau pandangan masyarakat dalam rangka memperoleh
keuntungan politik. Buzzer sering menyebarkan informasi atau pesan yang tidak
benar atau tidak akurat dan cenderung menggiring opini masyarakat dalam arah
tertentu.
Dampak Fenomena Buzzer di Media Sosial terhadap Perilaku
Politik Masyarakat
Fenomena buzzer di media
sosial dapat berdampak buruk terhadap perilaku politik masyarakat. Buzzer dapat
mempercepat penyebaran informasi atau pesan tertentu secara cepat dan luas di
media sosial. Informasi atau pesan yang disebarkan oleh buzzer dapat
memengaruhi opini dan pandangan masyarakat, bahkan jika informasi tersebut
tidak benar atau tidak akurat.
Buzzer dapat memperburuk
situasi dengan menyebarluaskan berita bohong, fitnah, dan mengadu domba antara
masyarakat. Hal ini dapat merusak hubungan antar masyarakat yang sebelumnya
harmonis. Buzzer juga dapat mempengaruhi hasil pemilihan umum dengan menyebarluaskan
informasi atau pesan yang merugikan kandidat atau partai tertentu dan
mempromosikan kandidat atau partai lain. Hal ini dapat memicu polarisasi
masyarakat dan meningkatkan tensi politik yang berujung pada konflik sosial.
Selain itu, fenomena
buzzer di media sosial juga dapat mengurangi kualitas diskusi dan debat publik.
Informasi atau pesan yang disebarkan oleh buzzer cenderung mempengaruhi
masyarakat tanpa melibatkan pertimbangan rasional atau analisis mendalam. Ini
mengakibatkan diskusi dan debat publik menjadi dangkal dan kurang substansial.
Dalam konteks teori
komunikasi Jurgen Habermas, fenomena buzzer di media sosial dapat dikategorikan
sebagai mode komunikasi strategic. Buzzer menggunakan media sosial sebagai
sarana untuk memengaruhi opini dan pandangan masyarakat dengan tujuan
memperoleh keuntungan politik. Fenomena buzzer di media sosial dapat
memperlemah mode komunikasi normatif dan dramaturgikal dalam politik. Mode
komunikasi normatif yang bertujuan mencapai kesepakatan dan persetujuan bersama
menjadi sulit dicapai ketika informasi atau pesan yang disebarkan oleh buzzer
cenderung merugikan satu pihak dan menguntungkan pihak lain. Sedangkan, mode
komunikasi dramaturgikal yang bertujuan membangun dan mempertahankan hubungan
sosial juga terancam ketika buzzer menyebarluaskan informasi atau pesan yang
merusak hubungan sosial antar masyarakat.
Kesimpulan
Fenomena buzzer di media
sosial dapat berdampak buruk terhadap perilaku politik masyarakat. Buzzer menggunakan
media sosial sebagai sarana untuk memengaruhi opini dan pandangan masyarakat
dengan tujuan memperoleh keuntungan politik. Fenomena buzzer di media sosial
dapat mengurangi kualitas diskusi dan debat publik, merusak hubungan sosial
antar masyarakat, dan memperlemah mode komunikasi normatif dan dramaturgikal
dalam politik.
Dalam konteks teori
komunikasi Jurgen Habermas, fenomena buzzer di media sosial dapat dikategorikan
sebagai mode komunikasi strategic yang bertujuan memperoleh keuntungan politik.
Fenomena buzzer di media sosial memperlemah mode komunikasi normatif dan
dramaturgikal dalam politik, yang bertujuan mencapai kesepakatan dan
persetujuan bersama, serta membangun dan mempertahankan hubungan sosial.
Referensi:
Habermas, J. (1984). The
theory of communicative action: Volume one: Reason and the rationalization of
society. Beacon Press.
Nugroho, Y. (2018).
Analisis dampak penggunaan media sosial dalam politik: Studi fenomena buzzer
pada pemilihan umum gubernur DKI Jakarta tahun 2017. Jurnal Ilmu Komunikasi,
11(2), 111-124.
Wijaya, R. (2019). The
impact of social media on political behavior: A case study of Indonesian
presidential election. International Journal of Scientific & Technology
Research, 8(9), 2657-2662.