You’re Not Really My Best Friend #7

Ditulis oleh: firasyr

 

Esok harinya disekolah dengan flu ringan yang menyerangku terpaksa aku paksakan diriku masuk sekolah. Virgo tidak terlihat hari ini. Aku pun mencoba menghubunginya namun tidak ada jawaban. Aku pun memberanikan diri mendatangi Arumi, untuk bertanya tentang Virgo. Tidak peduli Arumi akan berpikir apa tentangku. Aku mungkin akan menjelaskan perasaanku ke Virgo padanya.

“Arumi!” Aku kaget melihat ia berbincang dengan Miko sembari berpegangan tangan.

“Hai, Cher!” jawabnya sambil tersenyum riang.

“Elo ngapain sama Miko?” tanyaku ketus.

“ngapain? Lo nggak tau emang kemarin Miko nembak gue? Gue sama Miko udah resmi jadi pacar.” Jawabnya, membuatku kaget. Benar-benar kaget, hingga tidak bisa berkata-kata.

“Thanks ya, Cher. Virgo pasti minta saran lo, cara gue nembak Arumi. Semuanya berkat Virgo, gue jadi bisa pacaran sama Arumi.” Jelas Miko padaku.

Aku terdiam dan berlalu pergi. Setelah jam sekolah selesai aku akan langsung datang kerumahnya.

“Eh, Cherry. Kirain tante siapa.” Bundanya Virgo membukakan pintu pagarnya. Bi Marni pasti belum datang, makanya Bunda yang membukakan pintu.

“Tante, Virgo ada?” tanyaku tanpa basa-basi.

“Ada, di kamarnya. Tidur kayaknya, tapi bangunin aja udah lama tidurnya,” Bunda kembali mengunci pagar rumahnya, “tadi subuh tante sama Virgo nganter Om sama Kak Reza ke bandara.”

“Oya? Om sama Kak Reza mau kemana, Tan?”

“Ke Medan, Cher. Kakaknya om ada yang nikahan. Tante nggak bisa ikut, karena ada yang harus diurus di retail. Virgo katanya agak demam sama capek. Nggak tau tuh kemarin pulang basah kuyup, motornya ada tapi pulang naik ojek.” Jelasnya.

“Cherry izin ke kamar Virgo ya, Tan.” Izinku pada Bundanya Virgo.

“Iya Cher, gih, seneng pasti dia kamu dateng.” Aku tersenyum mendengarnya, kemudian bergegas menuju kamarnya.

“Tok..tok..tok!” aku mengetuk pintu kamarnya, namun tidak ada jawaban. Lalu aku membuka pintunya perlahan. Aku melihat Virgo terlelap di balik selimutnya. Kamarnya terlalu dingin, lalu aku mengecilkan ACnya.

Aku berjalan perlahan menuju pinggiran kasurnya. Diam dan duduk disebelahnya. Aku memandangi wajahnya. Perlahan aku mengusap rambutnya. Lalu matanya pun terbuka.

“Haha, sampe mimpinya pun nyata banget, Cherry...” katanya lirih. Lalu ia kembali menutup matanya. Aku mengusap kembali rambutnya perlahan. Kali ini ia langsung bangun terduduk.

“Hai!” sapaku sambil tersenyum padanya. Setelah kuperhatikan Virgo lebih tampan dibanding Kak Reza. Kenapa aku tidak pernah menyadarinya, bahkan dengan personaliti yang sangat menarik, aku tidak pernah merasa benar-benar tertarik hingga hari ini datang.

“Cherry!”

“kapan lo bisa jujur sama gue?”

Virgo tersenyum dan menghela napas pendek, “jadi lo udah tau ya?” aku mengangguk.

“Arumi jadian sama Miko?”

“iya,  abis Arumi nerima. Gue denger Risti manggil-manggil nama lo, terus lo lari dan izin jam terakhir buat rebahan di UKS.”

“tapi lo nggak nyamperin gue ke UKS?” tanyaku.

“gue tidur disebelah lo.”

“Hah? Pas di UKS?” tanyaku kaget mendengarnya, Virgo mengangguk sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal, “brarti lo denger semua ocehan gue?” ia kembali mengangguk sambil tersenyum lebar.

“Gue sayang sama Lo, Cher. Bukan gue nggak bisa deket sama cewe mana pun, tapi karena gue gak suka sama mereka. Gue cuma suka sama lo. Dari insiden jus.”

“serius?”

“Lo tau, alesan gue aja kabur dan ngasih jaket gue ke elo, berharap kalo gue ketemu lo lagi disekolah ini ada bahasan untuk bisa kenal sama lo lebih dekat. Pas pensi, hari dimana Kenan nembak lo, gue keduluan sama dia. Hari itu gue mau nembak lo pake cara yang sama kaya Miko nembak Arumi kemarin. Tapi gagal semua gara-gara brengsek itu. Gue selalu sayang sama lo, Cher.” Virgo memberikan penjelasan yang membuat aku benar-benar kaget. Sepertinya aku yang terlalu tidak peka selama ini, “Lo nggak pernah ngerasain gue beda sama lo? Gue nggak pernah menyebut lo sebagai sahabat gue, Cher. Gue selalu melihat lo sebagai cewek. Lo dunia gue, gue nyaman selama lo didekat gue. Semua hal negatif rasanya pergi ketika gue sama lo.”

“Vir? Bisa-bisanya lo nyimpen semua ini sampai kita kelas tiga SMA.”

“Gue takut lo pergi habis gue ungkapin perasaan gue.” Gue menggeleng, “Gue tau ini waktu yang nggak tempat dalam kondisi seperti ini dan lokasi yang bener-bener nggak banget kalo diceritain ke orang-orang, tapi gue udah nggak bisa pendam ini lagi, gue mau lo tau dan gue mau denger jawaban lo secara langsung. Cherry, gue suka sama lo dari lama. Gue juga sayang banget sama lo, mungkin ini yang disebut cinta. Cher, Lo mau jadi pacar gue yang cungkring ini?” tanyanya sambil menggenggam tanganku.

“tok..tok..tok...” suara Bunda menirukan pintu terketuk terdengar dari arah pintu, “Bunda sela dulu ya, karena dirumah ini Cuma ada kita bertiga dan Bunda  mau ke retail, kalian berdua pindah ke ruang tamu ya? Bi Marni udah ada di bawah.”

“C’mon Bun, kita nggak ngapa-ngapain kok.” Jelas Virgo.

“Bunda tau, tapi kayanya kalian bakal jadi pacar nih. Jadi Bunda nggak mau ada sesuatu terjadi di rumah ini. Oke?”

“Oke Bun.” Jawab Virgo, aku tertawa kecil mendengar Bunda berucap.

“Jadinya?” tanyaku sebelum kami pindah kebawah.

“ya lo jawab pertanyaan gue dulu.” Aku mengangguk sambil tersenyum, “ngomong dong.”

“Iya gue mau jadi pacar lo. Tapi ada syaratnya?” jawabku.

“apa?”

“Gue mau lo nembak gue ulang, besok. Disekolah.”

“HAHAHA, oke, sayangku. Jadi Annivnya hari ini atau besok?” tanyanya.

“Hari ini juga nggak pa-pa.”

Akhirnya kami pun resmi berpacaran. Sahabat menjadi pacar. Aku yang ternyata tidak peka, bahwa orang terbaik untukku adalah sahabatku sendiri. Ia yang selalu ada saat aku sedih maupun senang. Aku bahagia memiliki Virgo. Virgo sahabatku, Virgo kekasihku.


TAMAT.

Tidak ada komentar: