Ditulis
oleh: firasyr
Esok harinya disekolah dengan flu ringan yang
menyerangku terpaksa aku paksakan diriku masuk sekolah. Virgo tidak terlihat
hari ini. Aku pun mencoba menghubunginya namun tidak ada jawaban. Aku pun
memberanikan diri mendatangi Arumi, untuk bertanya tentang Virgo. Tidak peduli
Arumi akan berpikir apa tentangku. Aku mungkin akan menjelaskan perasaanku ke
Virgo padanya.
“Arumi!” Aku kaget melihat ia berbincang dengan Miko
sembari berpegangan tangan.
“Hai, Cher!” jawabnya sambil tersenyum riang.
“Elo ngapain sama Miko?” tanyaku ketus.
“ngapain? Lo nggak tau emang kemarin Miko nembak gue?
Gue sama Miko udah resmi jadi pacar.” Jawabnya, membuatku kaget. Benar-benar
kaget, hingga tidak bisa berkata-kata.
“Thanks ya, Cher. Virgo pasti minta saran lo, cara
gue nembak Arumi. Semuanya berkat Virgo, gue jadi bisa pacaran sama Arumi.”
Jelas Miko padaku.
Aku terdiam dan berlalu pergi. Setelah jam sekolah
selesai aku akan langsung datang kerumahnya.
“Eh, Cherry. Kirain tante siapa.” Bundanya Virgo
membukakan pintu pagarnya. Bi Marni pasti belum datang, makanya Bunda yang
membukakan pintu.
“Tante, Virgo ada?” tanyaku tanpa basa-basi.
“Ada, di kamarnya. Tidur kayaknya, tapi bangunin aja
udah lama tidurnya,” Bunda kembali mengunci pagar rumahnya, “tadi subuh tante
sama Virgo nganter Om sama Kak Reza ke bandara.”
“Oya? Om sama Kak Reza mau kemana, Tan?”
“Ke Medan, Cher. Kakaknya om ada yang nikahan. Tante
nggak bisa ikut, karena ada yang harus diurus di retail. Virgo katanya agak
demam sama capek. Nggak tau tuh kemarin pulang basah kuyup, motornya ada tapi
pulang naik ojek.” Jelasnya.
“Cherry izin ke kamar Virgo ya, Tan.” Izinku pada Bundanya
Virgo.
“Iya Cher, gih, seneng pasti dia kamu dateng.” Aku
tersenyum mendengarnya, kemudian bergegas menuju kamarnya.
“Tok..tok..tok!” aku mengetuk pintu kamarnya, namun
tidak ada jawaban. Lalu aku membuka pintunya perlahan. Aku melihat Virgo
terlelap di balik selimutnya. Kamarnya terlalu dingin, lalu aku mengecilkan
ACnya.
Aku berjalan perlahan menuju pinggiran kasurnya. Diam
dan duduk disebelahnya. Aku memandangi wajahnya. Perlahan aku mengusap
rambutnya. Lalu matanya pun terbuka.
“Haha, sampe mimpinya pun nyata banget, Cherry...”
katanya lirih. Lalu ia kembali menutup matanya. Aku mengusap kembali rambutnya
perlahan. Kali ini ia langsung bangun terduduk.
“Hai!” sapaku sambil tersenyum padanya. Setelah
kuperhatikan Virgo lebih tampan dibanding Kak Reza. Kenapa aku tidak pernah
menyadarinya, bahkan dengan personaliti yang sangat menarik, aku tidak pernah
merasa benar-benar tertarik hingga hari ini datang.
“Cherry!”
“kapan lo bisa jujur sama gue?”
Virgo tersenyum dan menghela napas pendek, “jadi lo
udah tau ya?” aku mengangguk.
“Arumi jadian sama Miko?”
“iya, abis
Arumi nerima. Gue denger Risti manggil-manggil nama lo, terus lo lari dan izin
jam terakhir buat rebahan di UKS.”
“tapi lo nggak nyamperin gue ke UKS?” tanyaku.
“gue tidur disebelah lo.”
“Hah? Pas di UKS?” tanyaku kaget mendengarnya, Virgo
mengangguk sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal, “brarti lo denger semua
ocehan gue?” ia kembali mengangguk sambil tersenyum lebar.
“Gue sayang sama Lo, Cher. Bukan gue nggak bisa deket
sama cewe mana pun, tapi karena gue gak suka sama mereka. Gue cuma suka sama
lo. Dari insiden jus.”
“serius?”
“Lo tau, alesan gue aja kabur dan ngasih jaket gue ke
elo, berharap kalo gue ketemu lo lagi disekolah ini ada bahasan untuk bisa
kenal sama lo lebih dekat. Pas pensi, hari dimana Kenan nembak lo, gue keduluan
sama dia. Hari itu gue mau nembak lo pake cara yang sama kaya Miko nembak Arumi
kemarin. Tapi gagal semua gara-gara brengsek itu. Gue selalu sayang sama lo,
Cher.” Virgo memberikan penjelasan yang membuat aku benar-benar kaget.
Sepertinya aku yang terlalu tidak peka selama ini, “Lo nggak pernah ngerasain
gue beda sama lo? Gue nggak pernah menyebut lo sebagai sahabat gue, Cher. Gue
selalu melihat lo sebagai cewek. Lo dunia gue, gue nyaman selama lo didekat gue.
Semua hal negatif rasanya pergi ketika gue sama lo.”
“Vir? Bisa-bisanya lo nyimpen semua ini sampai kita
kelas tiga SMA.”
“Gue takut lo pergi habis gue ungkapin perasaan gue.”
Gue menggeleng, “Gue tau ini waktu yang nggak tempat dalam kondisi seperti ini dan
lokasi yang bener-bener nggak banget kalo diceritain ke orang-orang, tapi gue
udah nggak bisa pendam ini lagi, gue mau lo tau dan gue mau denger jawaban lo
secara langsung. Cherry, gue suka sama lo dari lama. Gue juga sayang banget
sama lo, mungkin ini yang disebut cinta. Cher, Lo mau jadi pacar gue yang
cungkring ini?” tanyanya sambil menggenggam tanganku.
“tok..tok..tok...” suara Bunda menirukan pintu
terketuk terdengar dari arah pintu, “Bunda sela dulu ya, karena dirumah ini
Cuma ada kita bertiga dan Bunda mau ke
retail, kalian berdua pindah ke ruang tamu ya? Bi Marni udah ada di bawah.”
“C’mon Bun, kita nggak ngapa-ngapain kok.” Jelas
Virgo.
“Bunda tau, tapi kayanya kalian bakal jadi pacar nih.
Jadi Bunda nggak mau ada sesuatu terjadi di rumah ini. Oke?”
“Oke Bun.” Jawab Virgo, aku tertawa kecil mendengar
Bunda berucap.
“Jadinya?” tanyaku sebelum kami pindah kebawah.
“ya lo jawab pertanyaan gue dulu.” Aku mengangguk
sambil tersenyum, “ngomong dong.”
“Iya gue mau jadi pacar lo. Tapi ada syaratnya?” jawabku.
“apa?”
“Gue mau lo nembak gue ulang, besok. Disekolah.”
“HAHAHA, oke, sayangku. Jadi Annivnya hari ini atau
besok?” tanyanya.
“Hari ini juga nggak pa-pa.”
Akhirnya kami pun resmi berpacaran. Sahabat menjadi
pacar. Aku yang ternyata tidak peka, bahwa orang terbaik untukku adalah
sahabatku sendiri. Ia yang selalu ada saat aku sedih maupun senang. Aku bahagia
memiliki Virgo. Virgo sahabatku, Virgo kekasihku.
TAMAT.