Mungkin Tuhan memutuskan agar aku tidak dengan dia karena banyak hal. Mungkin antara aku dan dia tidaklah baik jika disatukan. Mungkin akan ada pengganti yang tepat untuk seorang dia dan seorang aku. Mungkin memang dia dan aku hanya mampir di hidup kami masing-masing untuk menggoreskan cerita dengan beragam pelajaran hidup yang semestinya tidak boleh diulangi lagi. Mungkin jalan yang di tapaki berbeda antara aku dan dia, kita tidak satu pemikiran, tidak pula dapat dijadikan untuk sejiwa. Mungkin diabaikan olehnya adalah yang terbaik untukku, karena aku menyadari bahwa aku tidak pernah berdoa untuk dipersatukan pada akhirnya. Ternyata tidak ada kata "seharusnya" dan "seandainya". Aku tidak pernah menyesal menuliskan namamu sebagai orang penting dalam buku terhebatku saat kuliah yaitu skripsi, kamu memang pernah menjadi penting dan selalu jadi penting dalam aku membentuk diriku. Selain kata maaf maka kata kedua yang akan aku ucapkan adalah terimakasih, terimakasih atas setiap hari yang dulu dilalui bersama, drama tiada henti, canda tawa serta nangis yang ikut mengiringi cerita kita. Kita sama-sama membuang waktu meski tidak dengan percuma, paling tidak menurutku seperti itu. Jika menurutmu tidak aku hanya dapat bilang maaf dan maaf. Mungkin luka yang tertorehkan cukup dalam hingga sulit untuk disembuhkan dalam waktu dekat. Aku doakan agar kamu bertemu dengan orang baik yang akan menerima kamu apa adanya.